ILUSI

ILUSI
Google

Kamis, 29 Mei 2008

KKN

Kolusi dan Korupsi


republika - Khalifah Ali bin Abi Thalib ketika menerima laporan gubernurnya di Mesir, Malik Al Asytar, menghadiri jamuan yang hanya dihadiri para pengusaha, menjadi khawatir. Dia takut kalau pembantunya bisa terseret untuk berkolusi, tidak bisa berlaku adil dan bertindak tegas dalam memerangi penyelewengan.

Dalam suratnya Ali menulis, ''Tegakkanlah keadilan dalam pemerintahan Anda dan dalam diri Anda sendiri. Carilah kepuasan rakyat, karena ketidakpuasan rakyat memandulkan kepuasaan segelintir orang yang berkedudukan istimewa. Sedangkan ketidakpuasan segelintir orang itu hilang dalam kepuasan rakyat banyak. Ingatlah! Segelintir orang yang berkedudukan istimewa itu akan meninggalkan Anda bila Anda dalam kesulitan.''

Kolusi (persekongkolan) antara pejabat dan penguasa yang berdampak pada penyuapan, penyogokan, korupsi, dan katabelece dianggap sebagai perilaku menyimpang. Perilaku yang menyebabkan kerugian dan penderitaan bagi rakyat banyak.

Begitu besar dampak kejahatan ini yang oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pelakunya dianggap tidak memiliki etika dan moral. Apalagi bila diingat, seorang pejabat ketika dilantik, atas nama Allah dia bersumpah tidak akan menerima suatu pemberian yang diketahui atau diperkirakan akan merugikan negara dan jabatannya.

Itulah sebabnya, ketika Umar bin Abdul Azis khalifah yang terkenal dengan keadilannya ketika oleh sejumlah pengusaha diberikan iming-iming hadiah, dengan tegas menolaknya. Ketika seorang dari mereka menyatakan bahwa Nabi mau menerima hadiah, Umar menjawab, ''Tidak disangsikan lagi hadiah itu memang untuk Nabi. Tapi, kalau diberikan kepadaku itu penyuapan dan penyogokan.''

Dalam Islam, menerima uang sogok dan menyelewengkan keputusan menurut keinginan para penyogok adalah dosa besar. Islam yang menekankan agar manusia hidup dengan cara terhormat, menganjurkan agar umatnya memilki perilaku yang bersih, jujur, dan mengutuk keras segala bentuk penyimpangan dan penyogokan yang merugikan rakyat banyak. Ini dijelaskan dalam banyak ayat Alquran. Sedangkan Nabi Muhammad SAW bersabda, ''Orang yang memberikan sogokan, yang menerimanya, dan menjadi perantara semua masuk neraka.''

Ketika menggoda Nabi Yusuf AS, Zulaikha menutupkan kain ke atas wajah berhala yang biasa disembahnya. ''Wahai Zulaikha, engkau malu di hadapan seonggok batu, maka tidakkah aku mesti malu di hadapan Dia yang menciptakan tujuh lapis langit dan bumi,'' kata Nabi Yusuf.

Dari peristiwa ini, Imam Al Ghazali mengajak kepada kita, agar dalam setiap denyut kehidupan kita senantiasa merasakan kehadiran Allah. Merasa takut dan malu pada Allah, seperti yang sering difatwakan para ulama, merupakan langkah pencegahan paling efektif untuk menangkis segala kejahilan dan penyelewengan, termasuk korupsi dan kolusi. Ini menyangkut masalah etika moral atau akhlak seorang hamba di hadapan Tuhannya, bahkan di hadapan diri, bangsa, dan negaranya. Karenanya, rakyat sangat mendukung pemberantasan korupsi. [Alwi Shahab]

Dosa Besar

Hebat Dari Lebih Berzina
Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam duka cita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s.

Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk". Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya, Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya." "Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa as terkejut. "Saya takut mengatakannya." jawab wanita cantik. "Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Maka perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya ......telah berzina." Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak.

Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun......lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya....... cekik lehernya sampai......tewas", ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya. Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia menghardik," Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!" teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik.

Perempuan berewajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk ke luar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau di bawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?" Nabi Musa terperanjat. "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril.

"Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?" "Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran. "Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina".

Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.

Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman didadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya.

Suhu Tepat, BBM Hemat

Pada suatu pertemuan klub mobil, seorang teman dengan bangga memperlihatkan jarum temperatur mobilnya yang menunjukkan posisi seperempat, sementara pada umumnya untuk mobil yang sama seharusnya menunjukkan posisi setengah. Ia menganggap sistem pendingin mesin pada mobilnya bekerja dengan baik dan akan bebas dari masalah overheat. Sementara itu ada juga teman yang baru saja mencabut thermostat dari mesin mobilnya karena takut masalah overheat terulang lagi.
Kedua hal di atas ternyata banyak juga terjadi pada mobil merek lain, khususnya mobil eropa. Apa dampak negatifnya buat mobil tersebut?

Mesin mobil bekerja secara optimal pada suhu yang cukup tinggi (sekitar 93ºC). Jika mesin bekerja pada suhu yang rendah akan membuat komponen mesin cepat mengalami kerusakan, detonasi, membuat polusi dan boros bahan bakar.
Untuk itu hal terpenting yang dilakukan oleh semua produksen mobil adalah membuat pengatur suhu agar mesin segera mencapai suhu kerjanya dan menjaganya agar tetap konstan (stabil).

Selain suhu kerja mesin yang ideal, untuk terjadinya proses pembakaran yang sempurna, diperlukan campuran bensin dan udara yang tepat.

Komposisi campuran bensin dan udara sering disebut Air-Fuel Ratio (AFR).
Idealnya AFR bernilai 14,7 . Artinya campuran tersebut terdiri dari 1 butir bensin berbanding 14,7 butir udara atau disebut dengan istilah Stoichiometry.

Pada kondisi dingin, mesin memerlukan lebih banyak bensin (AFR kaya) dan putaran mesin perlu dibuat lebih tinggi agar dapat bekerja dengan baik dan tidak berguncang (coldstall).
Ketika mesin mencapai suhu kerja ideal AFR kembali dibuat mendekati ideal (AFR = 14,7).

Mesin yang masih menggunakan karburator, proses pengaturan AFR dilakukan melalui Choke maupun Choke otomatis yang menggunakan vacuum solenoid dan temperature vacuum valve.
Pada mesin injeksi, pengaturan AFR dilakukan oleh ECU (Engine Control Unit - komputer pengatur mesin) berdasarkan referensi sensor suhu air di blok mesin (Coolant Temperature Sensor) untuk kemudian ECU mengatur putaran mesin dan debit bensin yang disemprotkan injektor.

Thermostat sebagai pengatur suhu

Mesin mobil yang menggunakan sistem pendingin air menggunakan thermostat sebagai pengatur suhu. Thermostat berfungsi sebagai katub/keran aliran air dari mesin ke radiator. Pada saat masih dingin, thermostat menutup sehingga air akan berputar-putar di blok mesin yang membuat suhu kerja ideal cepat tercapai.
Saat suhu kerja tercapai, maka thermostat membuka sehingga air mulai dialirkan ke radiator untuk di dinginkan agar suhu mesin tidak melebihi suhu kerjanya, ketika suhu mulai terlalu dingin thermostat kembali menutup, begitu seterusnya sehingga membuat suhu mesin menjadi stabil.

Thermostat sebagai ‘kambing hitam’

Sering terdengar kasus overheating yang diakibatkan oleh sistem pendingin, atau kasus mesin yang selalu dalam kondisi panas.
Dari kasus-kasus tersebut tidak sedikit bengkel yang menyarankan untuk mencabut thermostat karena dianggap sebagai biang keladinya. Ada pula bengkel yang menyarankan agar mengganti dengan thermostat bersuhu kerja lebih rendah dari standarnya dengan alasan iklim Indonesia yang cukup panas (tropis).

Mencabut thermostat adalah tindakan yang salah, karena mesin akan cukup lama mencapai suhu kerjanya, bahkan tidak pernah mencapai suhu kerja yang ideal. Suhu mesin pun menjadi tidak stabil, ketika sedang menuruni bukit atau kecepatan tinggi suhu mesin akan menjadi sangat dingin.
Mengganti thermostat bersuhu kerja lebih rendah dari yang disarankan pabrik juga membuat mesin bekerja dibawah suhu kerja ideal.

Solusi: Cermati Suhu Kerja Mesin
Apabila kita menggunakan mobil bekas atau yang sudah tua, coba untuk mencermati suhu kerja mesin mobil kita. Lihat jarum petunjuk temperatur pada panel instrumen.
Coba juga sempatkan bertanya ke bengkel resmi atau ikut serta mailing list maupun klub mobil sejenis untuk menanyakan pada posisi manakah suhu mesin kita dalam kondisi normal.

Apabila jarum temperatur menunjukkan suhu yang lebih rendah misalnya hanya seperempat (normalnya setengah), maka ada kemungkinan sebagai berikut:
1. Thermostat sudah dicabut : Membuat mesin bekerja dalam kondisi dingin, biasanya karena pernah terjadi overheating pada mesin, sehingga thermostat dilepas.
Solusi : Pasang thermostat sesuai ukuran temperatur yang dianjurkan pabrik.
2. Thermostat macet : Terjadi apabila thermostat rusak sehingga selalu dalam kondisi membuka.
Solusi : Ganti thermostat sesuai ukuran temperatur yang dianjurkan pabrik.
3. Thermostat bersuhu kerja rendah : Akibat menggunakan thermostat yang bersuhu kerja rendah membuat mesin bekerja disuhu kerja yang rendah.
Solusi : Ganti thermostat sesuai ukuran temperatur yang dianjurkan pabrik.

TIPS Perawatan Sistem Pendingin Mesin:

Perhatian terhadap komponen sistem pendingin lainnya juga perlu agar mesin selalu dalam kondisi prima:
1. Flush dan ganti coolant secara teratur. Kualitas dan jenis coolant yang dipakai sangat menentukan keawetan mesin, dianjurkan memakai Extended Life Coolant (ELC) atau Surfactant Coolant (SC), beberapa produk coolant dijual siap tuang.
2. Hindari menggunakan air ledeng atau air sumur untuk mengisi radiator. gunakan aquadest yang dicampur dengan coolant sebagai inhibitor (pencegah karat dan kerak). Pemakaian aquadest saja tak dapat mencegah timbulnya karat.
3. Gunakan Radiator Coolant yang bermutu baik, dan pakai sesuai anjuran.
4. Ganti tutup radiator setiap 4 - 5 tahun, kerusakan tutup radiator menyebabkan tidak dapat melepas kelebihan tekanan sehingga akan merusak cylinder head gasket dan kepala radiator, gunakan tutup radiator original.
5. Ganti thermostat setiap 5 tahun, jika tetap akan menggunakan thermostat bersuhu lebih rendah dari anjuran pabrik, jangan lebih dari 5ºC perbedaannya. Ingat, thermostat jangan dilepas.
6. Periksa kinerja motor fan atau visco fan.
7. Ganti waterpump apabila sudah terdeteksi terjadi kebocoran atau aliran air lemah.
8. Jika radiator yang berbahan plastik pecah/retak, ganti dan gunakan radiator head original, jangan mengganti dengan bahan kuningan, karena jika terjadi over-pressure, maka komponen mesin lain akan dapat pecah atau retak
9. Pemakaian Radiator coolant untuk mesin diesel sebaiknya memakai jenis Extended Life.
(sumber: The Beginner Files - IDMOC)

Semoga bermanfaat,

Catatan:
Artikel ini dibuat berdasarkan pengalaman dan pendekatan teori dari beberapa sumber referensi, sehingga memungkinkan masih adanya ketidak sempurnaan maupun keakuratan teori maupun kesimpulan dari artikel ini.

Sumber Berita : www.saft7.com

Rabu, 07 Mei 2008

Gaji Pegawai

Seorang pegawai negeri bertanya kepada Imam Hasan al-Bashri tentang penerimaan gaji dari negara, sebab menurutnya dana yang ada di kas negara sebagian besar diperoleh dan dipungut dari hasil kezaliman.

"Apa pendapat al-Imam? Apakah aku menerimanya atau aku tinggalkan (tolak) dan kelak aku ambil dari kebaikan-kebaikan mereka di akhirat?"

Al-Imam Hasan al-Bashri menjawab, "Bodoh sekali kamu, terima saja gajimu, kelak diakhirat mereka hampa dari kebaikan-kebaikan (hasanat)."

Akibat Terlalu Fanatik

Juha, seorang bijak dari pedesaan Arab, sangat fanatik terhadap satu barang. Ia hanya memuji satu surban dan tidak mau membeli atau memakai surban lainnya untuk ganti.

"Surban ini sudah puluhan tahun melindungi kepala saya dari sengatan terik matahari, dari kepulan debu gurun dan dari gangguan-gangguan lainnya. Tak ada surban lain yang menandingi kemanfataan dan kebesaran jasa surban ini," kata Juha sesumbar.

Semua penduduk desa mengiyakan saja. Walaupun ada satu dua orang yang berbisik-bisik bahwa seharusnya Juha punya lebih dari satu surban.

"Surban sangat banyak. Masa tak ada satu pun yang mampu mengganti surban yang sudah kumal itu," gerutu mereka.

Gerutuan tersebut memang terbukti beberapa hari kemudian. Surban satu-satunya milik Juha itu hilang dicuri ketika dijemur.

Juha kebingungan. Ia terpaksa merelakan kepalanya dihantam terik matahari dan didera dingin angin, untuk sementara waktu sebelum ia menemukan surban yang kapasitasnya ia nilai seimbang dengan surbannya yang hilang.

Etika Memakai Sandal Dan Sepatu

Etika Memakai Sandal Dan Sepatu


Mukaddimah

Islam adalah satu-satunya agama yang banyak sekali memperhatikan aspek akhlaq dan etika, dari hal yang sebesar-besarnya hingga sekecil-kecilnya. Oleh karena itu, pantaslah pula apa yang dikatakan 'Aisyah radliyallâhu 'anha ketika ditanya tentang akhlaq Rasulullah bahwa akhlaq beliau adalah al-Qur'an.

Bila kita mengamati kandungan al-Qur'an dan hadits-hadits Nabi, maka sangat sulit kita untuk tidak mengatakan bahwa di dalamnya selalu terkait dengan akhlaq dan etika itu. Salah satu hal yang nampaknya sepele tetapi besar artinya yang diberikan perhatian oleh Islam adalah masalah etika memakai sandal atau sepatu.

Nah, apa urgensinya? Bagaimana etikanya?…Pada kajian kali ini, kita akan membahasnya, Insya Allah.

Dari Abu Hurairah radliyallâhu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, "Bila salah seorang diantara kamu memakai sandal, maka hendaklah dia memulainya dengan kaki kanan dan bila dia melepasnya, maka hendaklah dia memulainya dengan kaki kiri. Jadikanlah kaki kanan yang pertama dari keduanya dipakai dan yang terakhir dari keduanya yang dilepas (dicopot)." (HR.Bukhari)


Kandungan Hadits

Terdapat hadits yang diriwayatkan 'Aisyah di dalam kitab ash-Shahîhain bahwasanya Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam sangat suka menganan (memakai dengan memulai yang kanan), baik ketika memakai sandal atau sepatu (atau sandal dan yang semaknanya), menyisir, bersuci dan seluruh urusannya. Beliau Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam senantiasa memulai dengan kanan dan mendahulukannya terhadap sesuatu yang baik dan mengakhirkannya terhadap yang selain itu. Bila memakai sandal, beliau mendahulukan kaki kanan; bila memakai pakaian, beliau mendahulukan sebelah kanan dan bila masuk masjid, beliau mendahulukan kaki kanan.

Beliau mendahulukan yang kiri untuk selain hal itu; ketika masuk WC, keluar dari Masjid, melepas kedua sandal, pakaian dan semisalnya.

Beliau mengkhususkan yang kanan di dalam makan, minum, berjabat tangan dan mengambil sesuatu yang baik. Dan beliau mengkhususkan yang kiri terhadap kotoran dan sesuatu yang tidak disukai. Inilah sunnah Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam yang beliau sukai dan senang melakukannya.

Di dalam masalah thaharah (bersuci), beliau mendahulukan untuk mencuci tangan kanan dan kaki kanan. Ketika mencukur di dalam manasik haji, beliau mendahulukan bagian sebelah kanan dari kepalanya atas bagian kirinya, demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam.

Menurut syari'at, akal dan estetika bahwa mendahulukan yang kanan terhadap sesuatu yang baik dan mengkhususkannya serta mengkhususkan yang kiri terhadap sesuatu yang tidak disukai adalah lebih utama. Oleh karena itu, kaidah syari'at yang kemudian diambil dari sunnah beliau Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam adalah mendahulukan yang kanan terhadap setiap sesuatu yang pernah beliau lakukan dalam rangka memuliakan beliau dan yang selain itu, dianjurkan untuk memulainya dengan yang kiri.

Ibn al-'Arabi (bukan Ibn 'Arabi, tokoh Sufi yang sesat-red.,) berkata, "Memulai dengan yang kanan disyari'atkan terhadap semua amal shalih karena keutamaannya secara estetika lebih kuat dan secara syari'at lebih dianjurkan untuk mendahulukannya."

al-Hulaimi berkata, "Sesungguhnya memulai dengan yang kiri ketika melepas (sandal atau sepatu-red.,) karena memakai itu adalah suatu kehormatan dan juga karena ia (dalam posisi) menjaga (melindungi). Manakala yang kanan lebih mulia dan terhormat daripada yang kiri, maka dimulailah dengannya ketika memakai dan dikemudiankan ketika melepas (mencopot) sehingga kehormatannya tetap ada dan jatahnya dari hal itu lebih banyak."

SUMBER: Tawdlîh al-Ahkâm Min Bulûgh al-Marâm, karya Syaikh.'Abdullah al-Bassam, jld.VI, h.233-234

Apakah Mereka Lebih Khusyu' daripada Abu Bakar dan Umar?

Seorang tabi'in yang agung bernama Amir bin Abdillah bin Zubair belajar dari ayahnya Abdullah bin Zubair ra.

Pada suatu hari Amir terlambat pulang ke rumah lalu ayahnya bertanya: Ke mana saja kamu, wahai Amir? Ia menjawab: Saya melihat suatu kaum yang tidak ada yang lebih baik daripada mereka, mereka berdzikir kepada Allah Ta'ala, salah satu di antara mereka gemetar kemudian pingsan karena takutnya kepada Allah!

Lalu ayahnya berkata: Janganlah kamu duduk bersama mereka lagi, wahai Amir! Kemudian Amir bertanya: Mengapa? Bukankah mereka adalah suatu kaum yang takut kepada Allah? Bapaknya menjawab: Sungguh saya telah melihat bagaimana Rasulullah saw membaca Al-Quran, dan aku melihat pula Abu Bakar 'dan Umar ra membaca Al-Qur'an, namun tidak sampai mengalami sebagaimana orang-orang yang kamu ceritakan itu, lalu apakah kau kira mereka lebih khusyu' dari pada Abu Bakar dan Umar?

Penulis mendapatkan kisah tersebut dalam biografi tabi'in yang zuhud dan ahli ibadah ini. Beliau belajar kepada ayahnya, seorang sahabat yang agung dan putra sahabat yang agung pula, yakni Abdulullah bin Zubair bin Awwam maka petunjuknya sesuai dengan petunjuk Nabi saw. Dalam riwayat ini terdapat solusi dari problem berupa ghuluw (melampaui batas) dan sikap ektsrim yang banyak menimpa kaum muda yang tengah bersemangat, sekalipun dengan niat yang baik dan menginginkan kebaikan, akan tetapi mereka salah dalam menempuh cara. Sehingga mereka tidak mendapatkan tujuan yang mereka kehendaki.

Abdullah bin Zubair bertanya kepada anaknya Amir atas keterlambatan pulang kerumah itu adalah merupakan hak baginya dan bahkan kewajiban bapak terhadap anaknya. Bukan berarti beliau merampas kemerdekaan anak atau mengekangnya, bahkan hal itu merupakan wujud penjagaan dan perhatian seorang ayah dan bagian dari tarbiyah yang baik.

Sungguh buruk sekali pendidikan yang mengklaim memberikan kemerdekaan kepada anak sepenuhnya tanpa adanya pengawasan dari orang tua terhadap prilaku mereka. Itu adalah kemerdekaan semu dan kebebasan yang merusak. Menganggap anak memiliki kedewasaan seperti dirinya, hingga mereka terjerat pergaulan dengan anak-anak berandalan, sementara mereka masih pendek nalarnya dan masih sempit pengalamannya, sehingga begitu mudah dijerumuskan dan dipengaruhi oleh teman-teman yang buruk, sementara bapaknya hanya menyaksikan dan bersikap netral tanpa komentar. Dengan dalih memberikan kemerdekaan bagi anaknya dan tidak ikut campur tangan dalam urusannya.

Inilah faedah pertama dari riwayat ini, yakni memberikan gambaran tentang konsep pendidikan Islam yang lurus semenjak awal tarikh hijriyah. (Amir tidak mempersoalkan pertanyaan ayahnya yakni tidak menyanggah ayahnya mengapa ia menanyakan urusannya), namun beliau memberikan alasan yang menyebabkan keterlambatannya. Beliau memberitahukan tentang keadaan kaum yang beliau lihat, mereka berdzikir kepada Allah dengan khusyu' dan takut hingga salah satu di antara mereka gemetaran lalu pingsan karena takut kepada Allah.

Akan tetapi Abdullah bin Zubair tidak simpati dengan kondisi orang yang diceritakan tersebut, tidak suka dengan apa yang mereka lakukan, tidak terperdaya oleh sikap lahir mereka. Bahkan dia meminta agar anaknya tidak bergaul dengan orang yang dikatakan khusyu tersebut, dan agar anaknya menjauhi mereka. Larangan tersebut membuat Amir keheranan mengapa ayahnya melarang berkumpul dengan kaum yang pingsan saking takutnya kepada Allah maka ia bertanya pada bapaknya: Mengapa, wahai ayah, padahal mereka adalah kaum yang takut kepada Rabb mereka?

Seharusnya ayahnya menganjurkan dia untuk bergaul dengan mereka dan memberikan motivasi untuk mengikuti mereka. Mengapa dia melarangnya padahal rasa takut itu telah bersemayam di hati dan menguasai perasaan mereka? (begitulah pikir Amir ketika itu)

Lalu muncullah jawaban dari sahabat yang agung tersebut, menjelaskan manhaj ittiba' dan jauh dari bid'ah, serta menerangkan tidak adanya kebaikan dalam ghuluw (berlebih-lebihan) atau melampaui dari apa' yang telah dikerjakan oleh Nabi dan para shahabatnya. Lalu beliau katakan bahwa beliau melihat Nabi ketika membaca Al-Qur'an (Al-Qur'an adalah sebaik-baik dzikir), begitupula halnya dengan kedua sahabat beliau yakni Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu 'Anhuma, namun tidaklah mengalami kondisi sebagaimana kondisi orang yang dilihat anaknya yakni orang yang pingsan karena khusyu'nya. Apakah mereka lebih khusyu' kepada Allah dari Rasul-Nya yang mulia padahal beliau telah menyebutkan nikmat yang Allah karuniakan kepada beliau dengan sabdanya:
Sesungguhnya orang yang paling bertakwa kepada Allah dan yang paling takut kepada-Nya adalah aku.

Dan apakah mereka lebih khusyu' pula daripada dua sahabat yang mulia, yakni Abu Bakar dan Umar? Padahal Abu Bakar 'lebih bagus keimanannya daripada iman seluruh umat ini, sebagaimana pernah disebutkan dalam sebuah hadits. Sedangkan Umar Syetan lari darinya sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah saw.

Jika demikian, mereka adalah orang-orang yang mengada-ada dan mutakallifun (memperberat diri) atau dari ahli meditasi dan filsafat yang jauh dari petunjuk salaf yang berada di tengah-tengah dan lurus. Sehingga tidak ada baiknya berteman dan meneladani mereka maka camkanlah nasihat ini wahai para pemuda.

Diambil dari Haakadza..Tahaddatsas Salaf edisi bahasa Indonesia Potret Kehidupan Para Salaf karya Dr. Musthafa Abdul Wahid. Penerbit : At-Tibyan

PELUANG BISNIS

PENGUNJUNG KE :