ILUSI

ILUSI
Google

Jumat, 29 Februari 2008

Hati-hati dengan Kemasan Makanan

Membeli makanan yang dikemas dalam kertas atau plastik tentu sudah amat biasa. Tapi sadarkah kita bahwa ada bahya yang mengintai dibalik tiap kemasan makanan kita?
Kemasan kertas misalnya. Kertas paling banyak untuk membungkus makanan. Mulai dari jenis gorengan, makanan siap santap, hingga teh celup. Kertas yang digunakan pun bermacam-macam, mulai kertas bekas koran, kertas nasi berlapis plastik serta kertas yang telah mengalami pemutihan.
Kertas bekas koran biasa dipakai untuk mengemas gorengan. Padahal kertas koran mengandung tinta yang bersifat larut. Dan tinta mengandung timbal {Pb}.yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Timbal yang terakumulasi dalam tubuh dapat menyebabkan ganguan syaraf, memicu timbulnya kanker, berpotensi menyebabkan cacat bawaan pada janin. Pada laki-laki, timbal dapat menurunkan kualitas sperma yang berefek kemandulan.
Bagi anda yang gemar minum teh celup, hati-hati! Jangan terlalu lama merendamnya dalam air panas. Kertas pembungkus teh celup mengandung bahan pemutih {chlorine}. Bila terkena suhu tinggi akan menghasilkan dioksin, senyawa racun yang berbahaya bagi kesehatan kita. Tahun 1998, WHO menetapkan ambang batas aman konsumsi dioksin, yaitu 1 - 4 pikogram {sepertriliun gram} dioksin per kilogram berat badan. Dioksin bersifat karsinogenik. Dioksin juga akan menyebabkan penurunan hormon reproduksi pria hingga 50% dan menyebabkan kanker prostat dan kanker testis. Pada wanita dioksin dapat memicu kanker payudara dan endometriosis.
Tak kalah bahayanya adalah kemasan plastik. Kantong plastik biasa dan beberapa jenis wadah plastik tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai wadah makanan, apalagi makanan panas. Kandungan polimer dalam plastik dapat larut ke dalam makanan. Jika wadah plastik menjadi lembek, maka inilah tanda bahwa plastik yang digunakan tidak aman.
Jenis plastik yang relatif aman digunakan untuk makanan adalah Polyethylen yang lebih lembut dan agak tebal. Sedangkan Vinylidene Chloride resin dan Poly Vinyl Chlorida {PVC} sangat tidak dianjurkan. Namun tetap saja plastik tidak dianjurkan untuk menmyimpan makanan panas.
Jenis kemasan lain adalah Styrofoam atau lebih sering dikenal sebagai gabus. Jenis kemasan ini banyak digunakan untuk mengemas makanan instan atau makanan siap saji karena sifatnya yang ringan, tahan bocor dan dapat menahan panas sampai beberapa waktu.
Namun perlu diingat, styrofoam berbahan dasar poystyren suatu jenis plastik yang ringan, kaku, tembus cahaya dan rapuh. Bahan ini kemudian dicampur karet sintetis{butadiena} sehingga warnanya menjadi putih susu. Agar lebih lentur dan awet, ditambahkan zat plastizer seperti dioktiplatat {DOP} dan butil hidroksi toluena {BHT}. Kandungan zat pada psoses terakhir inilah, menurut penelitian LIPI, dapat memicu timbulnya kanker dan penurunan daya pikir anak. Selain itu bila pengemas ini digunakan untuk mengemas makanan bersuhu tinggi, maka kandungan kimianya dapat terurai dan masuk terakumulasi dalam tubuh.
Di negara-negara maju seperti Jepang dan negara Eropa, jenis kemasan ini sudah dilarang. Selain berbahaya bagi kesehatan, sifatnya yang sangat sulit membusuk juga menjadi alasan lain. Sayangnya, di Indonesia pengemas ini malah mulai ngetren dengan harga yang relatif murah

PELUANG BISNIS

PENGUNJUNG KE :